29 Apr 2013


Sistem Reproduksi Pada Manusia – Pria


Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.
Organ Reproduks         i
Organ reproduksi pria terdiri atas
 organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos.
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
Hormon pada Pria
Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.
Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.

23 Apr 2013


ANATOMI ALAT REPRODUKSI WANITA


Tujuan Intruksional Umum
Mengetahui bagian - bagian alat reproduksi wanita beserta fngsinya
Tujuan Intruksional Khusus
1.Mengetahui bagian eksterna organ reproduksi wanita
2.Mengetahui bagian interna organ reproduksi wanita
3.Mengetahui pengertian dan fungsi dari masing – masing organ.

Secara umum alat reproduksi wanita terbagi atas dua bagian yaitu alat kelamin (genetalia) luar dan dalam.
Alat kelamin luar terdiri atas :
v  Mons veneris/mons pubis
        Yaitu suatu bantalan jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit, yang terletak di atas symphysis pubis. Setelah pubertas akan ditumbuhi rambut.
v  Labia Mayora (bibir besar)
Berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong mnjurus kebawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak  berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat hubungan seks.
v  Labia Minora (bibir kecil)
Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian depan mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keiginan seks bertambah. Labia ini sangat analog dengan scrotum pada pria.
v  Klitoris
Merupakan struktur sangat kecil, sangat sensitif (peka) dan erektil yang terdapat di dalam lipatan preputium dan frenulum. Klitoris terdiri dari dua corpus, yaitu corpora cavernosa yang terletak berdampingan satu sama lain dan memanjang ke belakang untuk melekat pada poriosteum dari corpus ossis pubis. Klitoris merupakan struktur yang sangat disetarakan dengan penis pada pria, tetapi tidak seperti penis pada klitoris tidak terdapat uretra.
v  Kelenjar bartholini
Pada bagian kiri dan kanan bawah, dekat fossa navikulare terdapat kelenjar bartholini. Kelenjar ini berdiameter 1cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni, dan mempunyai sluran kecil panjang1,5-2 cmyang bermuara di vulva tidak jauh dari fossa navikulare. Saat koitus, kelenjar ini mengeluarkan getah lender.
v  Vestibulum
Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama).
v  Introitus vagina
Mempunyai bentuk dan ukuran yang  berbeda-beda. Pada seoranf virgo selalu dilindungi oleh labia  minora yang bru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen).
v  Perineum
Terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata – rata 4 cm. jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Difragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya. Perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteria pudenda interna dan cabang – cabangnya. Pernafasan perineum terutama oleh nervus pudendus dan cabang – cabangnya. Oleh sebab itu, dalam menjahit robekan perineum dapat dilakukan anestesi blok pudendus.

Alat kelamin dalam terdiri dari :
v  Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membranasea (otot-selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari bagian otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Selaput vagina tidak mempunyai lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut “rugae.” Dinding depan vagina berkurang 9 cm dan dinding belakangnya 11 cm. selaput vagina tidak mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi berasl dari kelenjar rahim. Sebagian dari  rahim yang menonjol pada vagina disebut “porsio”(leher rahim). Vagina (liang senggama) mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lender dan darah menstruasi. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bacteria doderlein,sehingga keasamaan cairan vagina sekitar 4,5 (bersifat asam).
v  Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil di antara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lupatan paha (kanalis inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan. Lapisn otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan selama Sembilan bulan. Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan lahir. Segera setelah persalinan otot rahim dapat menutup pembuluh darah untuk menghindri perdarahan setelah persalinan, rahim dalam waktu 42 hari dapat mengecil seperti semula.
           Uterus terdiri atas: fundus uteri, korpus uteri, dan servik uteri. Fundus uteri adalah bagian uteruss proksimal disitu kedua  tuba falopiii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Servik uteri terdiri atas pers vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio, pers supervaginalis servisis uteri yaitu bagian servik yang berada di atas vagina.
           Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksaksi dengan baik oleh jaringan ikat dan ligament yang menyokong. Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah sebagai berikut:
1)      Ligamentum cardinal yakni ligamentum yang terpenting yang mencegah uterus tidak turun. Berjalan dari servik dan puncak vagina kea rah latral dinding pelvis.
2)      Ligamentum sacro-uterina kanan dan kiri yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.berjalan dari servikbagian belakang kea rah os sacrum.
3)      Ligamentum rotundum kanan dan kiri yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan kea rah lingual kiri dan kanan.
4)      Ligamentum latum kanan dan kiri yakni ligamentum yang meliputi tuba.berjalan dari uterus kea rah lateral.
5)      Ligamentum infundibulo-pelvikum kanan dan kiri yakni ligamentum yang men ahan tuba fallopi. Berjaln dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
v  Tuba fallopii
Tuba falloppii berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan  kea rah lateral dengan panjang sekitar 12 cm. tuba falloppii bukan merupakan saliran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat bagian. Di ujungnya terbuka dan mempunyai fimbriae (rumbai-rumbai), shingga dapat menangkap ovum (telur) saat terjadi pelepasan telur (ovulasi). Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi (hasil pembuahan) menuju rahim. Tuba falloppii merupakan bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan(infertilitas). Fungsi tuba falopii sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat terjadi pembuahan sebelum mampu menanamkaan diri pada lapisan dalam rahim.
v  Indung telur (ovarium)
Indung telur terletak antara ragim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovarii proprium ke dinding panggul oleh ligamentum infundibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) pada setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. Pada saat telur (ovun) dikeluarkan wanita disebut “dalam masa subur.” Pada saat menopous semua telur menghilang.
v  Parametrium
Parametrium merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya mengandung tuba falloppii dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.




Daftar Pustaka

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Arcan.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehmilan. Jakarta: Salemba Medika.

Verralls, Sylvia.1997. Anatomi Dan fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.

FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL 


Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi konesepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).

Fisiologi Persalinan
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama ), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal (Forrer, 2001).
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran (Prawirohardjo, 2008).

Faktor Persalinan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan adalah power yang merupakan kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan,passage merupakan bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul (Displacment) dan pessengger terutama janin secara khusus bagian kepala janin plus plasenta, selaput dan cairan ketuban/amnion (forrer, 2001).
Kala Persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala pertama dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi dalam dua fase yaitu fase laten (8 jam) servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Dan kala empat dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Prawirohardjo, 2006). Persalinan terdiri atas empat kala yaitu kala pertama berlangsung dari awal gejala sampai servik berdilatasi sempurna (10 cm). Termasuk awal fase laten, di mana kontraksi masih tak teratur atau sangat lemah ; fase aktif, di mana kontraksi menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat ; dan fase transisi yang singkat, yang terjadi tepat sebelum dilatasi dan pendataran sempurna. Lamanya kala pertama rata-rata 6 sampai 18 jam pada primipara dan 2 sampai 10 jam pada multipara. Kala empat diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak relaksasi lagi, kala empat lebih panjang pada multipara dari pada primipara, biasanya dari 4 sampai 12 jam (Hamilton. 1995)

Tanda-Tanda Mulainya Persalinan
Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening yaitu terbenamnya kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit melebatnya simfisis. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kendung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang yang dapat menimbulkan distenfensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan (Forrer, 2001).
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (Mochtar M.ph, 1992).

 Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
a.       Teori penuruman hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
b.      Teori plasenta menjadi tua : menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c.       Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskhemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenter.
d.      Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e.       Induksi partus :dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (Mochtar M.ph, 1992).

 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan dibagi atas tujuh bagian yaitu engagement merupakan apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Penurunan merupakan gerakan bagian presentasi melewati panggul. Fleksi merupakan segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul. Putaran paksi dalam adalah pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter transversanya. Ekstensi merupakan saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi kearah anterior oleh perinium. Restitusi dan putaran paksi luar merupakan setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas panggul. Ekspulsi merupakan setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simpisis pubis, (Bobak, 2005).




DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro HG,dkk.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
Saifuddin, Bari abdul, Trijatmo Rachimhadhi,Gulardi H. Wiknjosastro.2009.Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Prawihardjo, Sarwono. 1986. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihadjo.
Syntia Dewi, Nilda. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Jannah, Nurul. 2011. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: AR-RUZZ Media
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24530/4/Chapter II.pdf

KATEGORI SOSIAL


1)         Pengertian Kategori Sosial
Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud dengan adanya suatu ciri – ciri yang objektif yang di kenakan kepada manusia – manusianya.Seperti misalnya seks,usia,pendapat,dan lain-lain.Ciri khas tersebut di lakukan dengan maksud untuk memudahkan penggolongan dalam suatu tujuan dan biasanya di kenakan oleh pihak luar tanpa disadari oleh pihak yang bersangkutan.Pada konsep kategori sosial mengarah pada suatu “kerumunan”.Jadi,kategori sosial tidak memenuhi syarat yang disebut masyarakat seutuhnya.

2)         Jenis Interaksi Kategori Sosial
Ada 3 jenis interaksi pada kategori sosial,yaitu:
Ø  Tidak ada interaksi antar anggota.
Didalam suatu kerumunan tidak ada komunikasi antar individu.Misalnya:ada stand bazar,banyak orang berkerumun sambil melihat-lihat barang.
Ø  Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki.
Didalam suatu kerumunan tidak ada ikatan moral yang dimiliki bersama.Misalnya:terjadi sebuah kecelakaan,banyak orang yang berkerumun melihat korban tetapi tidak ada satupun yang menolong.Mereka hanya melihat korban lalu pergi lagi.
Ø  Tidak ada harapan-harapan peran.
Didalam suatu kerumunan tidak ada harapan – harapan peran yang dimiliki secara bersama.Karena didalam suatu kerumunan itu tidak ada yang saling mengenal.Misalnya:di pasar ada obral,dan orang- orang hanya datang berkerumun untuk melihat-lihat barang karena tidak punya harapan untuk membeli.



3)        Peranan dalam Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Berupaya menurunkan angka kematian ibu dan anak,dan angka kelahiran kasar.Terbukti dari hasil -  hasil survei yang menunjukkan penurunan angka kematian ibu dan anak,angka kelahiran kasar.Upaya untuk meningkatkan derajat KIA melalui program pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek sosial budaya.


Referensi:
v  Departemen Kesehatan RI,Sosial Budaya Dasar M.4.103.Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,1995.Yogyakarta
v  Sosiologi Suatu Pengantar
v  Sosial Budaya Dasar
v  Pengantar Ilmu Antropologi